Interview; Rigo (Dirty Edge)
Oleh : Nino Aditya
Di tengah-tengah acara Blackhole “Welcome Back Rigo Dirty Edge”, Likethis Entertainment ngobrol-ngobrol dengan figur malam itu, Rigo basis dari Dirty Edge yang sempat absen dari hiruk pikuk jagad metal karena penyakit yang dideritanya. berikut petikan obrolannya.
Boleh cerita sedikit tentang acara “Black hole present Welcome Back Rigo” ini?
Jadi waktu gue sakit Blackhole ngadain charity konser 16 January 2010 yang lalu. Waktu itu gue sakit brain anurisme, kelainan pembuluh darah di otak dan pecahnya pembuluh darah di otak. Gue sempet gak sadar selama hampir setengah bulan. Hampir 30 hari gue gak sadar, dari 22 Desember ‘kolapse’ total. Sampai agak pulih kesadaran gue sekitar kira-kira Januari lah. Gue juga masih belajar banget buat ngenalin orang, siapa-siapa aja nama-namanya. Waktu itu gue sama sekali gak ngenalin orang, dan yang paling sabar ngurusin gue selama itu ya istri gue. Acara kedua ini gue terimakasih banget sama Blackhole yang udah ngebikinin, kebetulan juga taun ini kita baru akan ngeluarin album kedua, titlenya nanti loe yang akan pertama kali gue kasih tau.
Terus gimana perjalanan recovery loe sampe bisa inget lagi sama orang-orang?
Sampai sekarang recovery gue masih berlanjut untuk berusaha ngenalin orang-orang. Di otak gue sendiri, seumur hidup gue harus memakai koil, fungsinya supaya pembuluh darahnya gak pecah lagi, waktu di rumah sakit angkatan darat pembuluh darah di otak gue diiket. Sekarang gue udah gak boleh macem-macem lagi dah hidup, gak boleh jumpalitan, gak boleh capek, gak boleh terlalu seneng juga, pokoknya gak boleh terlalu berlebihan lah Tapi gue gak yang jadi apatis sama berbagai hal, Cuma gue ngebatasinlah, pola hidup sehat.
The Black Hole United Charity for Rigo “Dirty Edge” itu idenya siapa?
Terus terang itu gue gak tau idenya siapa, tapi itulah solidaritas kita, bukan hanya sebatas gue aja, tapi banyak banget anak-anak yang merasakan peran dari Blackhole ini, muncul saling support. Dan waktu itu kan gak cuma band dari Jakarta aja yang dukung kita, ada band-band dari Bandung, Burgerkill, Seringai, juga dari banyak aliran musik lain, kita saling terbuka dan saling memahami
Impactnya acara Blackhole Januari gimana?
Gede banget!, selama hampir 9 tahun di dunia entertainment, televisi, semakin membuka kenyataan kalau solidaritas itu gak bisa putus, walau udah berapa lama juga, semakin menegaskan gue bahwa mereka peduli sama gue. Mereka tulus sama gue, dan gue akan menghargai dan mengingat terus hal ini. Dan ini yang mendukung secara moril untuk Dirty Edge berpartisipasi lagi.
Penyakit loe ini sesuatu yang serius dan fatal, bukan sekedar sakit flu atau batuk. Apa yang membuat loe come back dan aktif main lagi?
Dulu kita memulai ini karena kritis terhadap sistem, yang kita coba teriakan lewat lagu. Ada “32 years” yang menggambarkan arogansi rezim lalu. Ada juga “Inlander”, yang untuk mengingat apa yang diperbuat oleh pemimpin kita Bung Karno bahwa kita bukan bangsa budak, kita sudah merdeka dari tahun 1945. Dan sekarang makin banyak lagi yg harus dicermati. Dirty Edge ngeband bukan sekedar main, bikin lagu. Kita cenderung menyorot political hardcore.
Di album yang akan dirilis nanti, apakah ada issue-issue tertentu yang mau loe angkat?
Ada, kita akan mainin 1 lagu judulnya “kontrak”. Tentang nasib pekerja dengan sistem kontrak kerja. Ternyata sistem kontrak kerja ini sudah ada dari jaman tanam paksa Van den Bosch. Kita ingin menyampaikan bahwa belum ada perubahan yang signifikan soal tenaga kerja di negeri ini. Masih banyak hal yang seharusnya diperbaiki untuk para buruh/pekerja. Kita ada untuk mengingatkan bahwa kita ini bangsa yang merdeka, hak kaum buruh itu ada, mari berjuang. Jadi pola pikir bangsa merdeka jangan seperti bangsa yang belum merdeka
Bentuk support anak-anak dari Desember, saat sakit sampe recovery?
Wah, itu udah gak bisa diucapkan lagi. Ada yang sekedar dateng ‘ngejenguk’, ada yang sekedar ‘ngingetin’ “gue yang namanya ini go”, ada yang ngasih sumbangan, macem-macem. Udah gak kebayang lagi, gue kehabisan kata-kata buat ‘ngungkapinnya’. Sampe kapanpun gue akan inget semua dukungan anak-anak. Sama Likethis Entertainment ini pun gue terimakasih banget sudah mau dateng, mau nulis tentang hal ini. Zaman sekarang webzine sudah bisa kehitung jari, tapi masih ada yang mau mulai lagi. Ini gawat, ini patut dihargai.
Ada pesan dari loe gak buat scene underground?
Komunitas di mana-mana akan selalu tumbuh. Person boleh mati, pingsan tapi komunitas akan tetap selalu ada.
Sumber: http://www.likethisentertainment.com/hot-issue/news/402-interview-rigo-dirty-edge.html
More...