Showing posts with label NEWS. Show all posts
Showing posts with label NEWS. Show all posts

20110112

Kamis, 01 Juli 2010

Interview; Rigo (Dirty Edge)

Oleh : Nino Aditya


Di tengah-tengah acara Blackhole “Welcome Back Rigo Dirty Edge”, Likethis Entertainment ngobrol-ngobrol dengan figur malam itu, Rigo basis dari Dirty Edge yang sempat absen dari hiruk pikuk jagad metal karena penyakit yang dideritanya. berikut petikan obrolannya.

Boleh cerita sedikit tentang acara “Black hole present Welcome Back Rigo” ini?

Jadi waktu gue sakit Blackhole ngadain charity konser 16 January 2010 yang lalu. Waktu itu gue sakit brain anurisme, kelainan pembuluh darah di otak dan pecahnya pembuluh darah di otak. Gue sempet gak sadar selama hampir setengah bulan. Hampir 30 hari gue gak sadar, dari 22 Desember ‘kolapse’ total. Sampai agak pulih kesadaran gue sekitar kira-kira Januari lah. Gue juga masih belajar banget buat ngenalin orang, siapa-siapa aja nama-namanya. Waktu itu gue sama sekali gak ngenalin orang, dan yang paling sabar ngurusin gue selama itu ya istri gue. Acara kedua ini gue terimakasih banget sama Blackhole yang udah ngebikinin, kebetulan juga taun ini kita baru akan ngeluarin album kedua, titlenya nanti loe yang akan pertama kali gue kasih tau.

Terus gimana perjalanan recovery loe sampe bisa inget lagi sama orang-orang?

Sampai sekarang recovery gue masih berlanjut untuk berusaha ngenalin orang-orang. Di otak gue sendiri, seumur hidup gue harus memakai koil, fungsinya supaya pembuluh darahnya gak pecah lagi, waktu di rumah sakit angkatan darat pembuluh darah di otak gue diiket. Sekarang gue udah gak boleh macem-macem lagi dah hidup, gak boleh jumpalitan, gak boleh capek, gak boleh terlalu seneng juga, pokoknya gak boleh terlalu berlebihan lah Tapi gue gak yang jadi apatis sama berbagai hal, Cuma gue ngebatasinlah, pola hidup sehat.

The Black Hole United Charity for Rigo “Dirty Edge” itu idenya siapa?

Terus terang itu gue gak tau idenya siapa, tapi itulah solidaritas kita, bukan hanya sebatas gue aja, tapi banyak banget anak-anak yang merasakan peran dari Blackhole ini, muncul saling support. Dan waktu itu kan gak cuma band dari Jakarta aja yang dukung kita, ada band-band dari Bandung, Burgerkill, Seringai, juga dari banyak aliran musik lain, kita saling terbuka dan saling memahami

Impactnya acara Blackhole Januari gimana?

Gede banget!, selama hampir 9 tahun di dunia entertainment, televisi, semakin membuka kenyataan kalau solidaritas itu gak bisa putus, walau udah berapa lama juga, semakin menegaskan gue bahwa mereka peduli sama gue. Mereka tulus sama gue, dan gue akan menghargai dan mengingat terus hal ini. Dan ini yang mendukung secara moril untuk Dirty Edge berpartisipasi lagi.

Penyakit loe ini sesuatu yang serius dan fatal, bukan sekedar sakit flu atau batuk. Apa yang membuat loe come back dan aktif main lagi? 

 
Dulu kita memulai ini karena kritis terhadap sistem, yang kita coba teriakan lewat lagu. Ada “32 years” yang menggambarkan arogansi rezim lalu. Ada juga “Inlander”, yang untuk mengingat apa yang diperbuat oleh pemimpin kita Bung Karno bahwa kita bukan bangsa budak, kita sudah merdeka dari tahun 1945. Dan sekarang makin banyak lagi yg harus dicermati. Dirty Edge ngeband bukan sekedar main, bikin lagu. Kita cenderung menyorot political hardcore.

Di album yang akan dirilis nanti, apakah ada issue-issue tertentu yang mau loe angkat?

Ada, kita akan mainin 1 lagu judulnya “kontrak”. Tentang nasib pekerja dengan sistem kontrak kerja. Ternyata sistem kontrak kerja ini sudah ada dari jaman tanam paksa Van den Bosch. Kita ingin menyampaikan bahwa belum ada perubahan yang signifikan soal tenaga kerja di negeri ini. Masih banyak hal yang seharusnya diperbaiki untuk para buruh/pekerja. Kita ada untuk mengingatkan bahwa kita ini bangsa yang merdeka, hak kaum buruh itu ada, mari berjuang. Jadi pola pikir bangsa merdeka jangan seperti bangsa yang belum merdeka

Bentuk support anak-anak dari Desember, saat sakit sampe recovery?

Wah, itu udah gak bisa diucapkan lagi. Ada yang sekedar dateng ‘ngejenguk’, ada yang sekedar ‘ngingetin’ “gue yang namanya ini go”, ada yang ngasih sumbangan, macem-macem. Udah gak kebayang lagi, gue kehabisan kata-kata buat ‘ngungkapinnya’. Sampe kapanpun gue akan inget semua dukungan anak-anak. Sama Likethis Entertainment ini pun gue terimakasih banget sudah mau dateng, mau nulis tentang hal ini. Zaman sekarang webzine sudah bisa kehitung jari, tapi masih ada yang mau mulai lagi. Ini gawat, ini patut dihargai.

Ada pesan dari loe gak buat scene underground?

Komunitas di mana-mana akan selalu tumbuh. Person boleh mati, pingsan tapi komunitas akan tetap selalu ada.



Sumber: http://www.likethisentertainment.com/hot-issue/news/402-interview-rigo-dirty-edge.html
More...

20110111

Kamis, 24 Juni 2010

WELCOME BACK RIGO “DIRTY EDGE”


Oleh : Nino Aditya


Dok: Blackhole
Seantero jagat underground Jakarta mungkin sudah paham bahwa salah satu event ‘ngeri’ di weekend ini adalah Blackhole Sunday. Bertempat di NO2 Bar & Lounge Kemang, kali ini Blackhole ‘menggeber’ malam yang panas. Ada yang berbeda di event kali ini, tema yang diusung adalah “ WELCOME BACK RIGO DIRTY EDGE”.

Sekedar mengingatkan, pada tanggal 16 Januari 2010 sebagai bentuk solidaritas Blackhole pernah membuat acara bertema The Black Hole United Charity for Rigo “Dirty Edge” untuk menggalang dana bagi Rigo yang saat itu sedang terbaring di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta setelah sebelumnya menjalani operasi koiling akibat perdarahan otak.

Pukul 20.00 ‘bandit’ grunge Jakarta Besok Bubar memanaskan panggung. Selain membawakan nomor-nomor grunge andalan, yang mengejutkan malam itu ada refuse/resist dari Sepultura di list mereka. ‘Ngeriiii!!!..’ Berikutnya ORACLE yang membawakan lagu-lagu dari album mereka. Lagu-lagu yang ‘provokatif’ sampai puncaknya satu nomor dari Metallica “Blackened”. sayang sekali venue tidak mendukung untuk moshing, apa boleh buat crowd hanya berteriak-teriak menyanyi dengan tertib di tempat saja. Setelah dua penjahat dengan high gain distorsi membakar panggung selanjutnya The Borstal sedikit berbeda. Lebih lembut?...sorry nope!!. It’s Punk!!... Semangat ‘provokatif’ yang diusung dua band sebelumnya lebih menjadi-jadi di tangan dan teriakan The Borstal, salah satunya lewat lagu dari Anti Nowhere League “So What“. ‘Provokator’ berikutnya adalah Killed by Butterfly. Walapun sempat ada trouble dengan gitar Rid, sang gitaris, tetapi aksi mereka cukup dahsyat malam itu.

Setelah empat band pertama yang buas, Morfem memberi kesempatan crowd untuk cooling down. Selanjutnya Kripik Peudeus ‘menggenjot’ NO2 lagi. Routing Fandy yang unik antar mic, Gitar, DD3 + DS2 memberi warna berbeda pada band hip metal kawakan ini.

Dan akhirnya ‘provokator’ terakhir yang ditunggu-tunggu, Dirty Edge naik ke atas stage. Tepuk tangan, standing ovation dari crowd mengiringi Rigo melangkah ke panggung. Tanpa basa-basi langsung ‘menggeber’ lewat “32 years” . Sebelum memulai lagu kedua Ucok mempersilahkan Rigo untuk menyampaikan ‘sepatah dua patah kata’, lagi-lagi standing ovation disuguhkan oleh crowd sebagai bentuk kepedulian dan salut.
Yang menarik pada saat Dirty Edge naik, kala itu televisi di venue sedang menyiarkan pertandingan antara Brasil vs Pantai Gading. Tapi perhatian crowd tetap ke stage, gue lihat hanya dua kepala yang menonton TV di banding puluhan kepala lainnya yang memilih Dirty Edge. Saat mengajak flashback mengenai problem yang sempat di derita Rigo, ada kalimat menarik dari Dirty Edge, “Blackhole menjadikan masalah ini menjadi masalah pribadinya”

Salut Guys !!! Akhirnya jam 02.00 party kali ini berakhir. Long Live High Gain Guys!!!


Sumber: http://www.likethisentertainment.com/hot-issue/main-gigs/382-welcome-back-rigo-qdirty-edgeq.html
More...

Minggu, 17 Januari 2010

The Black Hole United Charity: Konser Solidaritas Musisi Bawah Tanah
 Konser penggalangan dana untuk bassist Dirty Edge yang menderita pendarahan otak.

Oleh : Wendi Putranto


Foto oleh: Wendi Putranto

Konser penggalangan dana bertajuk The Black Hole United Charity For Rigo Dirty Edge yang digelar komunitas The Black Hole Sabtu malam (16/1) di Manchester United Café Bar, Jakarta akhirnya berhasil mengumpulkan total dana sebesar Rp 11 juta yang di dapat dari penjualan tiket, donasi, lelang dan sebagainya.

Band grindcore Noxa semalam menjadi headliner acara tersebut. Seharusnya dijadwalkan masih ada penampilan dari Anda with The Joints, RGB dan GRIBS namun acara terpaksa dihentikan karena berbarengan dengan siaran langsung liga Inggris Manchester United Vs Burnley.

Sebelumnya tampil Seringai membawakan satu nomor yang dipopulerkan Anthrax di album State of Euphoria, “Anti Social”. Arian13, vokalis Seringai sempat menyatakan rasa simpati kepada pihak istri dan keluarga atas sakit yang diderita Rigo sebelum akhirnya menyindir halus para penggemar MU dengan berkata “Kenapa tidak nonton bola di rumah saja?” Penonton pun spontan bersorak sorai.

Unit metalcore Bandung, Burgerkill semalam juga tampil berbahaya. Band yang segera berangkat ke Perth, Australia untuk tampil di festival Big Day Out di antaranya bersama Mastodon dan Fear Factory ini membawakan “Shadow of Sorrow” serta cover “Atur Aku” milik Puppen yang segera disambut moshing dan sing-along para penonton.

Antiseptic, salah satu pionir punk hardcore ibukota yang baru saja merayakan 20 tahun eksistensi mereka tampil gahar pula membawakan nomor-nomor mereka seperti “Fight Back to Survive”, cover A.M.Q.A. “Jetson” dan lagu baru bertitel “Politik.”

Highlight konser semalam terjadi ketika band thrash revival, Gigantor tampil mengusung rentetan nomor-nomor thrash klasik seperti “Hit the Lights”, “Cowboys From Hell” hingga “Raining Blood”. Segerombolan metalheads pun merangsek ke depan panggung, menghempaskan kepala dan saling berbenturan dalam damai seraya merebut mic.

Sementara sebelumnya trio anarcho punk radikal terbaik dari selatan Jakarta, Marjinal juga tampil memanaskan suasana dengan nomor-nomor protes namun catchy mereka.

Konser yang menampilkan pula band-band rock bawahtanah lainnya seperti Inlander, Zi Factor, Master Wu, Slimer hingga F.O.D. ini digagas dalam rangka menggalang dana pengobatan bagi Rodrigo Pasaribu alias Rigo yang mengalami pendarahan otak dan kini tengah dirawat di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.

Rigo sebelumnya dikenal sebagai bassist band hardcore Dirty Edge yang sangat aktif pada pertengahan dekade 90-an di ibukota. Belakangan ia juga sempat menjadi jurnalis hiburan di salah satu media massa.

“Dana yang masih dibutuhkan (untuk perawatan Rigo) lebih dari Rp 100 juta,” tulis Eno, jurnalis majalah Aneka yang pertama kali menyebarkan informasi sakitnya Rigo melalui Facebook.

Di acara sebelumnya yang digelar komunitas jurnalis hiburan pada Kamis malam (14/1), menurut Nanda, isteri Rigo, telah terkumpul dana sebesar Rp. 70 juta.

“Sebelum berangkat ke sini Rigo sempat bilang ke saya untuk menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya atas perhatian teman-teman semua, dia pengin sekali datang kesini katanya,” ujar Nanda ketika menerima hasil donasi dari panitia di atas panggung.

“Begitu mendengar sakitnya Rigo, kami langsung teringat dengan yang dialami almarhum Robin Noxa. Makanya teman-teman di komunitas langsung berinisiatif bikin penggalangan dana, lebih cepat, lebih baik. Inilah yang bisa kami bantu sebagai bentuk solidaritas persahabatan,” jelas Arie, salah seorang aktivis komunitas The Black Hole.

The Black Hole merupakan komunitas rock independen di Jakarta yang memberikan ruang bagi band-band rock lokal tua dan muda untuk mengekspresikan kebebasan bermusik di tengah kondisi industri musik tanahair yang sangat diskriminatif terhadap genre rock seperti saat ini.

Komunitas ini aktif sejak awal dekade 90-an dan sebelumnya banyak mendukung pergerakan band-band rock alternatif, punk rock lokal di berbagai klub malam Jakarta seperti Voila, Prost, Green Café hingga kini di BB`s (setiap Kamis malam) dan Manchester United Café (setiap Senin malam).


Sumber: http://www.rollingstone.co.id/read/2010/01/17/585/5/1/The-Black-Hole-United-Charity-Konser-Solidaritas-Musisi-Bawah-Tanah/15

More...